Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. D Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis Di Wisma Abiyasa RSJ. PROF. DR. Soerojo Magelang

XML
Pengarang
Tri Hardiyanti - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
STIKES Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2016
Tempat Terbit
Fakultas Ilmu Kesehatan SHB
Deskripsi Fisik

Abstract

Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1996 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Menurut American Nursing Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan satu bidang spesialistik praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara teraupetik sebagai kiatnya (Sujono &Teguh, 2009).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya. Adapun penyebab terjadinya gangguan jiwa, biologis: stresor yang berhubungan dengan respon neurobiologis, lingkungan: ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan gangguan perilaku, sosial budaya: stres yang menumpuk dapat menunjang terjadinya skizofrenia dan gangguan psikotik lain (Stuart, 2007).
Herman (2011), mengungkapkan gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur, sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan atau kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan, dan hubungan antara manusia.
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).
Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana dan konflik berkepanjangan yang dialami masyarakat kita telah meninggalkan dampak yang serius. Mereka harus mengalami kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan tersebut dapat mempengaruhi individu akan kemampuan dirinya (Keliat, 2011).
Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa tergolong parah dan tidak dapat pengobatan apapun. WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun (WHO, 2009).
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH, 2011) gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun diberbagai negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18–30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa.
Kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% di antaranya atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Angka pemasungan di pedesaan adalah sebesar 18,2%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan di perkotaan, yaitu sebesar 10,7%. (Depkes, 2014).
Riskesdas (2013), di Jawa Tengah prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 2,3 per 1000 penduduk, di akui prevalensi nasional. Sedangkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 4,7% untuk usia 15 tahun ke atas.
Data rekam medis Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang pada tahun 2013, jumlah total kasus gangguan jiwa yang ada adalah 4010 kasus yang terdiri klien pria 2539 dan klien wanita 1471.
Hasil pra survey yang dilakukan pada tanggal 30 Desember 2015 di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang didapatkan data dari 8 wisma ada 128 orang mengalami gangguan jiwa. Dari 128 orang yang mengalami gangguan jiwa tersebut terdapat 10 orang mengalami defisit perawatan diri, 38 orang mengalami resiko perilaku kekerasan, 15 orang mengalami isolasi sosial, 45 orang mengalami halusinasi dan 20 orang mengalami harga diri rendah.
Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. Harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasaan yang sedang sampai berat. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah (Farida, dkk., 2011).
Berdasarkan latar belakang itulah penulis mengambilan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Diagnosa Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang” agar nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien.


Gangguan Konsep Diri

URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1648
APA Citation
Tri Hardiyanti. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. D Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis Di Wisma Abiyasa RSJ. PROF. DR. Soerojo Magelang. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/