Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut: Batuk Bukan Pneumonia Di Puskesmas Baturaden II Kec. Baturaden Kab. Banyumas

XML
Pengarang
Ria Septiana - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
STIKES Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2016
Tempat Terbit
Fakultas Ilmu Kesehatan SHB
Deskripsi Fisik

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan pembunuh utama balita di dunia (Unicef/WHO, 2009). Menurut Probowo (2012) ISPA merupakan infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA diklasifikasikan menjadi Batuk Bukan Pneumonia (common cold, faringitis, tonsilitis dan otitis), Pneumonia dan Pneumonia berat (Widoyono, 2011).
Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta orang meninggal karena ISPA (1 balita/15 detik) dari 9 juta total kematian balita, maka dari itu ISPA disebut pembunuh balita yang terlupakan atau forgetten killer of children (Unicef/WHO, 2009). Dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi ISPA di Indonesia sebesar 25,0 %. Hal ini menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama pada masyarakat yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia. Indonesia menduduki tempat ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta. Persentase ISPA di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45%. Tahun 2009 sebanyak 49,23% dan tahun 2010 menurun hingga mencapai 39,38% dari jumlah balita di Indonesia (Kartasasmita, 2010).
Insidensi ISPA di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 26,6%. Angka kejadian tersebut membuat Jawa Tengah berada di urutan ke 7 dari 33 provinsi di Indonesia. Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dimana pada tahun 2014 penemuan kasus ISPA di Kabupaten tersebut sebesar 8,65% (Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2014). Berdasarkan data laporan bulanan Program P2 ISPA bulan Januari – Desember 2015, didapatkan total kejadian ISPA pada anak usia 1 – 4 tahun di Kabupaten Banyumas sebesar 31.586 anak, dimana 30.335 (96%) diantaranya merupakan kasus batuk bukan pneumonia. Angka ini tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya untuk total kejadian ISPA pada anak usia 1 – 4 tahun di Kabupaten Banyumas sebesar 38.776 anak, dimana 37.368 (96,4%) diantaranya merupakan kasus batuk bukan pneumonia.
Beberapa faktor penyebab ISPA biasanya karena bakteri, virus, jamur / fungi protozoa, dan bahan kimia (Somantri, 2008). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA terbagi atas faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status imunisasi, pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, penggunaan obat nyamuk bakar, serta faktor ibu baik pendidikan, umur, maupun pengetahuan ibu (Nurjazuli, 2011).
ISPA bisa menyebabkan komplikasi atau penyulit, dimana penyakitnya lebih berat dari ISPA yang sebelumnya telah diderita seseorang. ISPA bisa masuk ke telinga sehingga menimbulkan radang telinga bagian tengah (otitis media) yakni keluarnya cairan serupa nanah keluar dari telinga. Selain itu penderita juga beresiko menderita sinusitis atau infeksi dari rongga pipi. Bahkan ketika ISPA turun ke bawah, penderita bisa mengalami infeksi pita suara. Bila daya tahan tubuhnya lebih rendah lagi seperti pada bayi dan lansia, penderita bisa mengalami bronkitis atau bahkan bronkopneumonia. Bukan hanya infeksi di saluran paru tapi juga ke jaringan paru (Sidohutomo, 2007).
Pencegahan ISPA yang baik merupakan faktor yang penting dalam menentukan strategi penurunan angka kematian anak. Upaya pencegahan ISPA meliputi beberapa hal, sesuai dengan faktor penyebab ISPA yaitu ASI Eksklusif, gizi cukup dan seimbang sesuai usia anak, imunisasi, lingkungan yang bebas asap dan etiket batuk. Di luar hal itu program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) juga memiliki andil yang penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Perkesmas dilakukan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan dasar. Pelaksanaan Perkesmas bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mencapai keberhasilan program penanggulangan ISPA secara nasional dituntut pengetahuan ibu untuk mengenal gejala ISPA yang disertai napas cepat serta sikap ibu untuk segera melakukan konsultasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh orangtua terutama ibu sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Didukung oleh penelitian Nasution, dkk (2009) di Jakarta yang meneliti ISPA pada Balita menemukan pengetahuan responden tentang ISPA berada dalam kategori cukup.
Hasil pra survey di Puskesmas Baturaden II pada bulan Januari – Desember 2015 kejadian ISPA pada usia 1 – 4 tahun sebanyak 416 kasus dimana sebagian besar kasusnya merupakan batuk bukan pneumonia yaitu sebanyak 393 kasus (94,5%). Angka tersebut lebih besar dari tahun 2014 yang dimana kejadian ISPA pada usia 1 – 4 tahun sebanyak 249 kasus, dan sebagian besar kasusnya merupakan batuk bukan pneumonia yaitu sebanyak 196 kasus (78,7%) (Laporan P2 ISPA Kab. Banyumas, 2015).
Berdasarkan hasil saat pra survey, orangtua pasien berespon dengan aktif terhadap gejala penyakit yang diderita oleh klien dan melakukan pertolongan pertama yaitu memberikan terapi obat seadanya yang dijual di apotik. Apabila keadaan klien makin memburuk orangtua klien membawa klien untuk berobat di Puskesmas atau layanan kesehatan terdekat.
Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Metodologi proses keperawatan merupakan metodologi penyelesaian masalah kesehatan klien secara ilmiah berdasar pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi kesehatan dan keperawatan meliputi tahapan : pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian (Maryam, 2011)

pneumonia
Infeksi Saluran Pernafasan Akut

URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1724
APA Citation
Ria Septiana. (2016). Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut: Batuk Bukan Pneumonia Di Puskesmas Baturaden II Kec. Baturaden Kab. Banyumas. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/