Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN KANKER SERVIKS DI RUANG SOEPARJO ROESTAM ATAS RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

XML
Pengarang
Lilis Andriani - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
STIKES Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2017
Tempat Terbit
Fakultas Ilmu Kesehatan SHB
Deskripsi Fisik

Abstract

Bagi seorang wanita, rahim adalah organ yang sangat penting tapi ternyata tidak sedikit wanita yang tidak terlalu memperdulikan kesehatannya. Padahal, organ tubuh yang satu ini sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan bila tidak dirawat dengan baik. Kepedulian terhadap kesehatan organ reproduksi justru baru muncul saat seorang wanita sudah divonis menderita penyakit ganas oleh dokter, kanker serviks misalnya padahal jika kepedulian diberikan sejak dini, penyakit yang masuk kategori silent killer ini masih bisa disembuhkan secara total (Wijaya, 2010).
Sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Dinanda, 2009). Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal, dari sel–sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas seksual atau di antara masa menstruasi (Dyayadi, 2009).
Gejala yang mucul pada stadium lanjut yaitu munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual, perdarahan vagina yang abnormal, perdarahan setelah menopause, perdarahan di antara periode menstruasi, keputihan yang berlebihan, penurunan berat badan yang drastis, apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, hambatan saat berkemih, serta pembesaran ginjal (Wijaya, 2010).
Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker serviks antara lain umur, wanita yang berumur 35–50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual rawan terserang kanker serviks. Sekitar 20% kanker serviks dijumpai pada wanita yang aktif berhubungan seksual sebelum umur 16 tahun. Jumlah pasangan seksual turut berkontribusi dalam penyebaran kanker serviks. Frekuensi kehamilan juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks karena memiliki riwayat infeksi di daerah kelamin. Wanita yang merokok atau perokok pasif juga meningkatkan risiko kanker serviks. Selain itu penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu yang lama juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks, Infeksi virus HPV telah diakui sebagai faktor resiko terbesar meskipun tidak selalu menyebabkan kanker serviks (Wijaya, 2010).
Keganasan kanker rahim merupakan keganasan yang paling banyak di jumpai. Diagnosisnya tidak sukar, mempunyai waktu fase laten yang panjang (10-15 tahun), tetapi ironisnya sebagian besar penderita datang dalam stadium lanjut (Manuaba, 2009).
Juanda dan Hardians (2015) mengemukakan insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor resiko terkena kanker, melakukan imunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam asetat).
Tes Pap Smear merupakan salah satu cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat. Tes Pap Smear bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau memang dilarang atas petunjuk dokter. Bagi seorang yang sudah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear setahun sekali dan tidak perlu menunggu sampai timbul gejala (Wijaya, 2010).
Pengobatan pada pasien dengan positif kanker servik menurut Wijaya (2010) beberapa pengobatan bersifat standar atau sudah umum digunakan saat ini, dan beberapa yang lain sedang di uji klinis. Saat ini pengobatan standar yang sering digunakan yaitu operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, kanker serviks merupakan jenis kanker ke empat yang sering terjadi di dunia dengan prosentase 7,5% dari semua penyebab kematian perempuan akibat kanker. Kematian akibat kanker serviks diperkirakan lebih dari 270.000 setiap tahun dengan prosentase 85% terjadi di Negara berkembang (WHO, 2016). Dari data Global Burden Cancer (GLOBOCAN) terdapat 20.928 kasus baru dan 9.928 kematian ditemukan di Indonesia pada tahun 2012 (GLOBOCAN, 2012). Kanker serviks juga menjadi penyebab kematian perempuan yang utama di Asia Tenggara. Di Vietnam, kanker serviks menjadi penyebab kematian perempuan yang pertama, sedangkan di Indonesia dan Filipina menduduki urutan penyebab kematian yang kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, di Thailand dan Malaysia, kanker serviks menduduki penyebab kematian perempuan yang ketiga (Wijaya, 2010).
Tahun 2013 prevelensi kanker serviks tertinggi kedua di Indonesia adalah Jawa Tengah yaitu sebesar 1,2% (19.734) (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan hasil pra survey pada tanggal 28 Desember 2016 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto, angka kejadian kanker serviks pada tahun 2014 sebanyak 208 kasus. Pada tahun 2015 menjadi 268 kasus, sedangkan pada tahun 2016 yaitu 240 kasus. Pasien Kanker Serviks dengan rawat inap di ruang Paviliun Soeparjo Roestam Atas pada 2014 sebanyak 4 pasien, tahun 2015 sebanyak 14 dan pada tahun 2016 sebanyak 13 pasien. Penatalaksanaan kanker Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto pada pasien kanker dilakukan terapi sesuai dengan tingkat keparahan kanker atau stadium kanker, terapi yang ada meliputi radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan.
Amaliah (2013) menyatakan bahwa, Peran perawat dalam memotivasi pasien kanker sebagai salah satu upaya penyembuhan kanker, seorang perawat harus berperan sebagai motivator dan edukator bagi pasien yang ditanganinya, seorang perawat juga sebagai mitra bagi pasien, sebagai penolong untuk memenuhi kebutuhan pasien selama menjalani pengobatan. Dengan demikian diharapkan pasien mampu mencapai indikator kognitif (mencapai tingkat “tahu”), afektif, (kecenderungan untuk suka atau tidak suka) dan konatif (melakukan suatu tindakan). Sikap optimis yang diberikan oleh perawat kepada pasien kanker besar pengaruhnya, supaya pasien semangat dalam menjalani pengobatan dan kesembuhan terhadap penyakitnya.

Kanker Serviks

URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1736
APA Citation
Lilis Andriani. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN KANKER SERVIKS DI RUANG SOEPARJO ROESTAM ATAS RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/