Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K DENGAN BPH POST OP TURP DI RUANG EDELWEIS RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

XML
Pengarang
Ade Wahyu Putri Efendi - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
STIKES Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2017
Tempat Terbit
Fakultas Ilmu Kesehatan SHB
Deskripsi Fisik

Abstract

Makhluk hidup itu pasti akan mengalami proses penuaan dan itu merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh semua orang. Usia lanjut biasanya akan mengalami penurunan fungsi organ tubuh yang menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, terutama BPH (Benign Prostatic Hyperplasia). BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang disebabkan oleh proses penuaan, biasanya dialami oleh kaum pria berusia lebih dari 50 tahun (Haryono, 2013).
Kasus BPH di dunia menjadi masalah pada pria di usia lanjut karena prevalensinya yang cukup besar. Hampir 30 juta pria yang menderita BPH. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat terdapat 14 juta pria yang menderita kasus BPH. Jika dijelaskan menurut usia, maka pada usia 41-51 tahun mencapai angka 20%, sementara pada usia 51-60 tahun meningkat menjadi 50% dan pada usia 80 tahun mencapai 90% (Sampekalo, 2015).
Kasus BPH di Indonesia merupakan penyakit tersering kedua setelah penyakit batu saluran kemih. Pada tahun 2013 terdapat 9,2 juta kasus BPH, diantaranya diderita pada pria berusia diatas 60 tahun. Di Jawa Timur terdapat 672.502 kasus BPHpada tahun 2013. Di Ngawi jumlah klien yang ada di ruang bedah pada tahun 2013 sebanyak 70 kasus. Di Jawa Tengah terdapat 3.248 kasus BPH pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil penelitian di RSUP Prof. Dr.Dr.R.D. Kandou Manado didapatkan angka kejadian BPH pada tahun 2009 8 kasus (15,1%), tahun 2010 ditemukan 16 kasus (30,2%), tahun 2011 ditemukan 12 kasus (22,6%), tahun 2013 ditemukan 6 kasus (11,3%) dengan total sepanjang periode 2009-2013 terdapat 53 kasus dan angka kejadian paling tinggi terjadi pada tahun 2010 (Sampekalo, 2015).
Berdasarkan hasil pra survey di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto pasien yang menderita kasus BPH selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 sebanyak 212 kasus, pada tahun 2015 mencapai 322 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 353 kasus, sedangkan pada tahun 2017 di bulan Januari didapatkan 42 kasus. Kemudian pasien yang menjalani program bedah TURP di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto juga mengalami peningkatan setiap tahun, diantaranya pada tahun 2014 terdapat 150 pasien yang mejalani tindakan bedah TURP, pada tahun 2015 sebanyak 213 pasien, kemudian pada tahun 2016 mencapai 253 pasien, dan pada tahun 2017 di bulan Januari mencapai 25 pasien (Rekam Medik Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto, 2017).
Penyebab kasus BPH belum diketahui secara pasti, tetapi banyak pernyataan yang menyatakan bahwa BPH berkaitan dengan proses penuaan dan peningkatan kadar dehydrotestosteron (DHT) (Nursalam & Fransisca, 2008). Dari hasil penelitian terdapat faktor lain yang mempengaruhi terjadinya BPH diantaranya karena usia (lebih dari 50 tahun keatas), riwayat keluarga (keturunan), kurangnya makan-makanan berserat dan kebiasaan merokok (Amalia, 2008).
Seseorang menderita BPH biasanya akan mengalami nyeri saat berkemih, sering berkemih di malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah selesai miksi, pancara miksi lemah (Haryono, 2013). Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka akan terjadi komplikasi–komplikasi yaitu diantaranya hidroureter dan hidronefrosis. Jika hal ini sampai terjadi maka dilakukan tindakan terapi medikamentosa. Apabila dengan medikamentosa tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi (Nursalam& Fransisca, 2008).
Tindakan operasi biasanya dilakukan jika pada hiperplasi prostat sudah menimbulkan penyulit tertentu misalnya retensi urine, batu saluran kemih, hematuria, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas atau keluhan LUTS (Lower Urinary Track Symptom) yang tidak menunjukan perbaikan setelah menjalani terapi medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi endurologi transuretra yang menggunakan tenaga elektrik (Trans-Urethral Resection of the Prostate-TURP) atau dengan menggunakan energi laser (Trans–Urethral Laser of Prostate-TULP) (Nursalam & Fransisca, 2008).
Tindakan operasi yang dilakukan memungkinkan munculnya masalah keperawatan diantaranya adalah gangguan rasa nyaman nyeri, ansietas, gangguan pola tidur, perubahan pola eliminasi, serta dapat muncul masalah resiko perdarahan dan resiko infeksi. Peran perawat dalam mengatasi masalah pasien adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan post operasi (Nursalam & Fransisca, 2008; Mitchel, 2009; Kowalak, dkk, 2012).

BPH Post Op Turp

URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1799
APA Citation
Ade Wahyu Putri Efendi. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K DENGAN BPH POST OP TURP DI RUANG EDELWEIS RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/