Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY. D UMUR 0 JAM CUKUP BULAN KECIL MASA KEHAMILAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD Prof Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO TAHUN 2017

XML
Pengarang
Puji Indriyani - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
STIKES Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2017
Tempat Terbit
Fakultas Ilmu Kesehatan SHB
Deskripsi Fisik

Abstract

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, AKB cerminan dari status kesehatan anak saat ini apabila AKB yang terjadi pada suatu negara rendah berarti menggambarkan bahwa suatu kesehatan anak suatu negara tersebut baik, khususnya bayi dan juga sebaliknya (Hidayat, 2009). AKB merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas kesehatan Jawa Tengah, 2015).
AKB menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2015 terdapat pada Negara Pasifik Selatan sejumlah 3%, Asia Tenggara sejumlah 28%, Timur Tengah sejumlah 17%, Afrika sejumlah 47%, Eropa sejumlah 2%, Amerika sejumlah 3% dengan penyebab utama kematian pada neonatal 0-27 hari yaitu kelahiran prematurity sejumlah 16%, komplikasi intrapartum sejumlah 11%, sepsis sejumlah 7%, congenetal anomalies sejumlah 5%, pneumonia sejumlah 3%, lain-lain sejumlah 3%, neonatal tetanus sejumlah 1%. Berdasarkan data tersebut prematurity menempati urutan pertama angka kematian pada neonatal.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB di Indonesia yaitu sejumlah 32 per 1.000 kelahiran hidup, dimana 19 per 1.000 terjadi pada masa neonatal sejak lahir sampai usia 28 hari, sedangkan 13 per 1.000 terjadi pada usia 29 hari sampai 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa AKB di Indonesia masih jauh dari target Sustainable Development Goals 3 (SDG’s) tahun 2030 untuk menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga sejumlah 12 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Penyebab kematian bayi di Indonesia kerena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sejumlah 29%, afiksia sejumlah 27%, masalah pemberian minum sejumlah 10%, tetanus sejumlah 10 %, gangguan hematologi sejumlah 6%, infeksi sejumlah 5%, hiperbilirubin sejumlah 5%, dan lain-lain sejumlah 8% (SDKI, 2012). Berdasarkan data tersebut BBLR menempati urutan pertama penyebab kematian neonatal.
AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 10 per 1.000 bayi tersebut antara lain BBLR sejumlah 95 (0,32%), Asfiksia sejumlah 34 (0,11%), terjadi penurunan tetapi tidak signifikan dibandingkan AKB tahun 2014 yaitu sebesar 10,08 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab AKB tahun 2014 antara lain gangguan pernafasan sejumlah 37%, prematuritas sejumlah 34%, sepsis sejumlah 12%, hipotermi sejumlah 7%, ikterus sejumlah 6%, post matur sejumlah 3%, dan kelainan kongenital sejumlah 1%, (Dinas Kesehatan, 2015). Kasus kematian bayi tertinggi di Jawa Tengah berada pada Kabupaten Grobogan dengan jumlah 279 kasus, Banyumas 180 kasus, dan Tegal 178 kasus, total kematian bayi di Jawa Tengah sebanyak 3.709 kasus (Dinas kesehatan, 2015). Dari data tersebut AKB di Banyumas menduduki peringkat ke dua. AKB di Kabupaten Banyumas pada tahun 2015 sebesar 243 (8,43%) per 1000 kelahiran hidup, dengan penyebab kematian tersebut antara lain BBLR sejumlah 95 kasus, Asfiksia sejumlah 34 kasus, aspirasi sejumlah 4 kasus, Kelainan Kongenetal sejumlah 30 kasus, Ikterus sejumlah 2 kasus, Infeksi sejumlah 7 kasus, Lain-lain sejumlah 9 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015). Berdasarkan data tersebut BBLR di Banyumas menempati urutan pertama pada bayi baru lahir patologis.
Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan pada 5 Desember 2016 di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto AKB pada tahun 2015 sebanyak 131 kasus dengan penyebab kematian bayi antara lain BBLR sejumlah 12 kasus, Asfiksia sejumlah 67 kasus, RSD/BRPN sejumlah 25 kasus Hiperbilirubin sejumlah 1 kasus, Kelainan Kongenital sejumlah 19 kasus, Infeksi Atau Sepsis sejumlah 9 kasus (RSUD Margono Soekardjo). Berdasarkan data tersebut BBLR menyumbang kematian ke empat bayi baru lahir patologis di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto.
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (Sarwono, 2009), sedangkan Rahardjo dan Marmi (2015) mengatakan bahwa komplikasi BBLR adalah gangguan tumbuh kembang serta cenderung juga menjadi balita dengan status gizi yang rendah sehingga pada saat remaja akan menjadi dewasa yang pendek, apabila wanita maka akan mempunyai resiko melahirkan BBLR lagi dan terus berlangsung sampai saat ini, serta resiko yang lain yaitu hipotermi, asfiksia, serta kematian. Dari kesimpulan tersebut BBLR merupakan faktor penyebab peningkatan morbiditas, disabilitas dan mortalitas neonatus.

Bidan sebagai tenaga kesehatan mempunyai wewenang dalam melakukan asuhan pada bayi baru lahir yang bermutu tinggi dan komperhensif, termasuk pada BBLR (Yanti, 2010). BBLR perlu penanganan serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi, oleh karena itu dibutuhkan peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR yaitu pencegahan hipotermi dengan cara KMC (Kangoro Mother Care) atau termoregulasi, pencegahan infeksi, pemenuhi nutrisi, pemberian oksigen, penimbangan berat badan, dan pengawasan jalan nafas (Proverawati, 2010).
Hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Kanguro Mother Care (KMC) Dua Jam Dan Empat Jam Per Hari Terhadap Kenaikan Berat Badan Lahir Rendah Bayi Preterm di RS PKU Muhammadiyah Surakarta” Metode kanguru perawatan ibu (KMC) atau kulit ke kulit secara efektif meningkatkan berat badan dan mencegah stres, Namun waktu yang paling efektif untuk melakukan KMC belum jelas. Hasil penelitian menunjukkan selama observasi 2 minggu, bayi prematur dengan 2 jam KMC meningkat sekitar 32,14 gram selama 2 minggu, di sisi lain bayi prematur dengan 4 jam KMC meningkat pesat sekitar 167,86 gram selama 2 minggu. Kesimpulan penelitian adalah lama KMC berpengaruh terhadap kenaikan berat badan bayi prematur, KMC 4 jam per hari lebih efektif dari KMC 2 jam per hari (Arifah dan Wahyuni, 2013).
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan “Asuhan Kebidanan Pada By.Ny. D Umur 0 Jam Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2017”.


Asuhan kebidanan
Bayi Berat Lahir Rendah

URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1890
APA Citation
Puji Indriyani. (2017). ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY. D UMUR 0 JAM CUKUP BULAN KECIL MASA KEHAMILAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD Prof Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO TAHUN 2017. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/