Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Post ORIF Fraktur Tertutup Humerus Sinistra diruang Menur RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

XML
Pengarang
Avita Dinar Wulansari - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
STIKES Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2018
Tempat Terbit
Fakultas Ilmu Kesehatan SHB
Deskripsi Fisik

Abstract

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Menurut Global Status Report on Road Safety 2013 yang dibuat oleh World Health Organization (WHO) sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2010 di Indonesia telah terjadi 31.234 juta kematian akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2013).
Kementrian kesehatan RI melalui survey nasional tahun 2012 mencatat bahwa angka prevalensi kasus fraktur secara nasional sekitar 37,7%. Adapun jenis kasus terbanyak adalah fraktur femur dengan presentase 35%, fraktur tibia dan fibula sebesar 25%, fraktur humerus dan radialis sebesar 20%, dan sisanya fraktur patologis, dari jumlah tersebut penyebab fraktur paling banyak adalah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan tersebut mengakibatkan cidera, baik cidera ringan atau cidera berat, kecacatan, bahkan kematian. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan insiden fraktur tinggi dan salah satu fraktur yang sering terjadi adalah fraktur humerus (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan survey yang dilakukan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenabrata Purbalingga pada tanggal 06-11 Desember 2017 didapatkan hasil pada tahun 2016 jumlah pasien fraktur yang mengalami rawat inap ada 451 pasien dan tahun 2017 pasien fraktur sejumlah 579 pasien.

Fraktur adalah istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun bagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak. Sedangkan fraktur humerus adalah salah satu jenis fraktur yang memerlukan penanganan segera, tanpa penanganan segera dapat terjadi komplikasi kelumpuhan nervus radial, kerusakan nervus brachial atau medium (Helmi, 2012).
Salah satu manifestasi klinik pada penderita fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan gejala paling sering ditemukan pada gangguan muskuloskletal. Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris (Helmi, 2012). Assosiasi Internasional, The International Association For the Study of Pain (IASP) yang khususnya mempelajari tentang nyeri, mendefinisikan nyeri sebagai suatu yang tidak menyenangkan, bersifat subyektif dan berhubungan dengan panca indera, serta merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan atau cidera (Potter dan Perry, 2010).
Tindakan untuk mengatasi nyeri, bisa dilakukan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain relaksasi, distraksi, hypnosis diri, mengurangi presepsi nyeri, dan stimulasi kutaneus seperti messase. Terapi nyeri non farmakologi seperti distraksi mempunyai resiko yang sangat rendah. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulus system kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulus nyeri yang ditransmisikan ke otak. Distraksi merupakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal yang lain dengan denikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri yang dirasakan. Satu diantara teknik distraksi adalah dengan terapi musik. Mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi rsa nyeri pasien setelah operasi (Utama, 2011).
Penatalaksanaan fraktur meliputi tindakan konservatif maupun tindakan pembedahan. Tindakan konservatif diantaranya pemasangan gips, bidai, traksi kulit, traksi tulang, juga perbaikan dengan melakukan manipulasi dan reposisi ke posisi mendekati normal. Sendangkan tindakan operatif meliputi operasi Open Reduction Internal Fixation (ORIF) dan Open Reduction External Fixation (OREF). Problematik yang muncul pada post operasi fraktur ditujukan dengan adanya nyeri diam, nyeri gerak, dan nyeri tekan, timbulnya odema (pembekakan), keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), serta deformitas adalah dugaan adanya fraktur setelah timbul. Penanganan fraktur dibagi menjadi dua metode, yang pertama menggunakan metode konservatif yaitu menggunakan imobilitas dan metode operasi menggunakan internal fiksasi dan eksternal fiksasi (Davis & Kneale, 2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Post ORIF Fraktur Tertutup Humerus Sinistra diruang Menur RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2273
APA Citation
Avita Dinar Wulansari. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Post ORIF Fraktur Tertutup Humerus Sinistra diruang Menur RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/