Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD DR.R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

XML
Pengarang
NGALIMAH TAFAILAH - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat disebut the silent killer atau pembunuh bagi orang yang menderita diabetes melitus tapi tidak menyadari. Fakta menunjukan bahwa hanya sekitar 50% dari yang terdiagnosis dan menyadari orang tersebut menyandang diabetes melitus. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk melakukan medical checkup sejak usia muda (Manganti, 2012). Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus terjadi sangat cepat, dan banyak diantaranya tidak menyadari betapa seriusnya penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa penderita diabetes melitus tidak merasakan timbulnya gejala–gejala diabetes melitus seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering dan berat badan menurun yang dipengaruhi oeh perubahan gaya hidup seperti diet dan kebiasaan olahraga yang salah (Herlambang, 2012).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014, bahwa pada tahun 2012 terdapat 1,5 juta penduduk terjadi kematian yang disebabkan oleh diabetes melitus dengan prevalensi sebesar 2,7%. Angka kematian akibat diabetes melitus di dunia 70% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Penderita diabetes melitus pada tahun 2014 sebesar 422 miliar di dunia. Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, tingkat prevalensi global penderita diabetes melitus pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta kasus (Departemen Kesehatan RI, 2017).
Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, Indonesia menempati urutan ketujuh terbesar dalam jumlah penderita diabetes di dunia, dengan jumlah penderita diabetes melitus mencapai 10 juta kasus. Diabetes melitus menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia dalam kategori Penyakit Tidak Menular (PTM). Kasus PTM tertinggi tahun 2016 pada penyakit hipertensi yaitu mencapai 46.670 kasus, pada stroke non hemoragik sebanyak 2.070 kasus dan diabetes melitus sebanyak 15.250 kasus (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016).
Kasus PTM tertinggi di Jawa Tengah yang dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2016 yaitu hipertensi sebesar 60%, pada diabetes melitus mencapai 16,42% yang menempati urutan kedua. Kedua penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk dengan usia >15 tahun, angka penderita diabetes melitus yang tertinggi berada di DKI yaitu mencapai 3,4%, tertinggi kedua adalah Kalimantan Utara yaitu sejumlah 2,6% dan yang tertinggi ketiga adalah Sulawesi Selatan yaitu sejumlah 1,6% .
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2016, jumlah kasus diabetes melitus yang ditemukan oleh puskesmas dan jaringannya sebanyak 1.148 kasus. Kasus tersebut terdiri dari 143 kasus Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan 905 kasus Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus terkait ketidakseimbangan kadar glukosa darah yang berlangsung dalam jangka waktu pendek ialah hipoglikemia, Ketoasidosis Diabetik (DKA) dan Sindrom non ketotik hiperosmolar hiperglikemik (Suddarth & Brunner, 2013). Menurut Syamsiyah (2017), komplikasi yang akan terjadi pada pasien diabetes melitus adalah sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), diabetik ketoasidosis, gangguan indra perasa, retensi urine, hipertensi, gangguan jantung, neuropati, nefropati, penyakit pembuluh darah perifer dan ejakulasi dini.
Menurut Romadhiati (2008), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Indonesia menunjukan persentase penderita diabetes melitus yang memiliki kadar gula darah yang buruk sebesar 47,2%. Menurut Moelek (2016), untuk menghindari komplikasi yang akan terjadi jika kadar glukosa terlalu tinggi atau terlalu rendah perlu dilakukan pencegahan dan perawatan secara komprehensif, salah satunya dengan rutin memeriksakan kadar gula darah dan segera diberikan penanganan yang tepat untuk menstabilkan gula darah.
Pasien diabetes melitus rentan terjadi masalah keperawatan kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan perfusi jaringan perifer, risiko infeksi, kerusakan integritas kulit dan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (Wijaya & Putri, 2013). Menurut Syamsiyah (2017), masalah keperawatan yang akan muncul pada pasien diabetes melitus yaitu risiko infeksi, risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, dan inkontinensia urine refleks.
Proses asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien diabetes melitus dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi (Wisnu, 2016). Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008), penatalaksanaan masalah keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yang pertama yaitu Obat – obatan Hipoglikemik Oral (OHO) meliputi golongan sulfoniluria, golongan binguanid, alfa gluosidase inhibitor, insulin sensitizing gent, kedua adalah insulin, dan ketiga adalah diet. Penatalaksanaan masalah keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada kasus hipoglikemia yaitu dengan memonitor kadar gula darah sesuai indikasi, memberikan glukosa secara intravena sesuai indikasi, instruksikan pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya, terapi insulin, dan melakukan olahraga (Bulechek et al., 2016).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil karya tulis ilmiah “Asuhan keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes melitus”.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2417
APA Citation
NGALIMAH TAFAILAH. (2019). Asuhan Keperawatan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD DR.R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/