Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Gangguan Sosialisasi Perilaku Menarik Diri Isolasi Sosial Pada NN. K Dengan Skizofrenia Di RSJ PROF. DR Soerojo Magelang

XML
Pengarang
RAFIKA NOVA NDARI - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah ketika seseorang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Dalam UU No.18 tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Selain definisi diatas, kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional (Sutejo, 2018)
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi ganggunan jiwa skizofrenia di Indonesia sebesar 7 permil dari angka sebelumnya pada 2013 yaitu 1,7 permil. Prevalensi di Jawa Tengah sebesar 9 permil pada tahun 2018, naik dari prevalensi sebelumnya sebesar 2,3 permil pada tahun 2013. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).
Prevalensi gangguan jiwa isolasi sosial di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang selama tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 terdapat 309 pasien yang mengalami isolasi sosial. Pada tahun 2017 naik menjadi 360 pasien isolasi sosial, pada tahun 2018 turun menjadi 349 pasien gangguan jiwa dengan isolasi sosial.
Skizofrenia adalah salah satu dari gangguan jiwa. Gangguan jiwa lainnya termasuk gangguan skizofreniform, gangguan skizoafektif, gangguan waham, gangguan psikotik singkat, dan gangguan psikotik induksi zat (American Psychiatric Association, 2013 dalam Stuart, 2013). Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiologis yang berat dan terus-menerus. Akibatnya berupa respon yang dapat sangat mengganggu kehidupan individu, keluarga, serta masyarakat. Salah satu gejala yang timbul dari skizofrenia yaitu isolasi sosial (Videback, 2014).
Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Fortinash, 2011). Penurunan produktifitas pada pasien menjadi dampak dari isolasi sosial yang tidak dapat ditangani. Oleh sebab itu tindakan keperawatan yang tepat sangat dibutuhkan agar dampak yang ditimbulkan tidak berlarut larut (Brelannd-Noble et al, 2016).
Gejala yang muncul pada pasien isolasi sosial meliputi gejala kognitif antara lain, perasaan kesepian, merasa ditolak orang lain atau lingkungan, merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, putus asa, tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak aman berada diantara orang lain, menghindar, tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan (Fortinash, 1999; dalam Keliat, 2010). Gejala afektif yang muncul adalah lebih banyak memiliki gejala negatif seperti sedih, tertekan, depresi, marah, kesepian, ditolak orang lain, apatis, dan malu. Perilaku yang sering ditunjukkan oleh pasien isolasi sosial lebih banyak menarik diri, menjauh dari orang lain, jarang berkomunikasi, tidak ada kontak mata, malas, tidak beraktifitas, menolak hubungan dengan orang lain (Townsend, 2009).
Stuart (2013), menjelaskan bahwa dampak dari perilaku pasien isolasi sosial sering tidak dijadikan prioritas karena tidak mengganggu secara nyata. Apabila isolasi sosial tidak ditangani, maka akibat yang ditimbulkan dapat berupa risiko perubahan sensori persepsi : halusinasi sebagai bentuk gejala negatif yang tidak tertangani dan dapat memicu terjadinya gejala positif. Menurut Sutejo (2018), perawatan di Rumah Sakit untuk pasien isolasi sosial yaitu berupa terapi farmakologi, Electric Convulse Therapy (ECT), terapi kelompok, dan terapi lingkungan.
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah dengan “Asuhan Keperawatan Gangguan Sosialisasi Perilaku Menarik Diri: Isolasi Sosial Pada Nn. K Dengan Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2427
APA Citation
RAFIKA NOVA NDARI. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Sosialisasi Perilaku Menarik Diri Isolasi Sosial Pada NN. K Dengan Skizofrenia Di RSJ PROF. DR Soerojo Magelang. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/