Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pasca Bedah Pada TN. E Dengan Post Op Herniatomi Dengan Indikasi Hernia Inguinalis Di Ruang Menur RSUD DR. R Goeteng Taronadibrata Purbalingga

XML
Pengarang
AHMAD BAHEKI - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Hernia merupakan keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan dan Rahayuningsih, 2010). Erikson (2009) mengenai hernia inguinal ialah kondisi prostusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Penderita hernia di Jawa Tengah selama bulan Januari-Desember 2014 diperkirakan 425 penderita (Fitria,2014).
Menurut World Health Organization (WHO) usia dikelompokan berdasarkan tingkatannya, bayi dan anak-anak 0-14 tahun, dewasa 15-59 tahun, sedangkan lansia 59 tahun keatas. Berdasarkan data yang dikemukakan bahwa insiden hernia inguinalis diperkirakan diderita oleh 15% populasi dewasa, 5-8 % pada rentan usia 25-40 tahun, dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Dalam usia tua dikenal sindrom gagal pulih muncul secara bertahap dimulai dari malnutrisi dengan hilangnya jaringan lemak dan otot, penurunan fungsi fisik dan kognitif, menurunnya nafsu makan dan makin menarik diri dari aktivitas sosial, dengan melemahnya fungsi otot menyebabkan masalah pada lansia salah satunya adalah hernia akibat dari melemahnya otot pada
abdomen (Martono, 2009). Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl, 2007).
Penyebab dari penyakit hernia dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan seperti mengangkat benda berat atau pekerjaan berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi (Hidayati 2009). Pada hernia inguinal, frekuensinya pada jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Keadaan ini dihubungkan pada hernia tidak langsung (indirek), rute yang dijalani hernia sama pada saat testis berimigrasi dari rongga perut ke skrotum, struktur anatomis dari kanal inguinal pada pria lebih besar, serta aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan memberikan manisfestasi peningkatan tekanan intra abdominal memberikan predisposisi besar kondisi inguinalis pada pria (Ruhl, 2007).
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita hernia inguinal ialah tanpa keluhan (asimtomatis), daerah hernia agak menonjol bertambah besar terutama kalau berdiri, nyeri mendadak pada tempat hernia. Ditemukan manifestasi lainnya kadang terjadi nyeri mendadak pada tempat hernia, terjadinya mual muntah, hernia tampak tegang dan nyeri tekan (Dermawan dan Rahayuningsih,2010).
Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan baik herniorafi maupun herniotomi. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus prosedur bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun (Burney,2012).
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat (oedema) berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut (Amrizal, 2015).
Asuhan keperawatan setelah herniorafi dan herniotomi tidak rumit, klien diizinkan bangun dari tempat tidur pada hari pembedahan dan dapat mengonsumsi makanan dan minuman. Pada banyak kasus, prosedur ini dilakukan di tatanan rawat jalan. Pastikan bahwa klien mampu berkemih setelah pembedahan, retensi urin merupakan masalah yang umum terjadi. Dorong klien untuk bergerak ke sekeliling, namun jangan mengedan dan mengangkat beban berat selama beberapa minggu atau bulan. Aktivitas rutin dapat segera dimulai kembali setelah pembedahan laparaskopik, khususnya jika penguatan jaring dilakukan. Skrotum klien pria dapat membengkak dan nyeri setelah perbaikan hernia inguinal. Kemasan es dan penopang skrotum dapat diprogamkan untuk meredakan bengkak dan nyeri (Rosdahl dan Kowalski, 2015).
Kembalinya klien melakukan aktivitas kerja bergantung pada sifat dan tingkat keparahan hernia serta usia, berat badan klien dan jenis pekerjaan klien. Jika pekerjaan klien berat atau keras, konseling vokasional dan pelatihan kembali mungkin perlu dilakukan. Jika perbaikan dengan membentuk jaring telah dilakukan, kemungkinan besar klien tidak perlu membatasi aktivitas mengangkat beban dalam jangka panjang. Perujukan ke layanan rehabilitas vokasional local dan layanan keperawatan kesehatan masyarakat mungkin membantu (Rosdahl dan Kowalski, 2015).
Data pravelensi pada tanggal 19 Desember 2017 di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga terdapat 237 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan pasien pada tahun 2017 (Rekam Medik, 2017). Berdasarkan data dan prevalensi dari berbagai lembaga dunia dan negara yang terdiri dari riskesdes Departemen Kesehatan RI dinas kesehatan Jawa Tengah dan RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga terkait dengan hernia inguinal penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis ilmiah dengan Asuhan Keperawatan Nyeri Akut dengan Post Op Herniotomi dengan indikasi Hernia Inguinal dikarenakan penyakit tersebut merupakan salah satu kasus penyakit yang paling sering muncul di Indonesia. Dari uraian latar belakang yang ditemukan pengambilan kasus hanya dibatasi pada kasus Asuhan Keperawatan nyeri akut dengan post op herniotomi di ruang Menur RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2439
APA Citation
AHMAD BAHEKI. (2019). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pasca Bedah Pada TN. E Dengan Post Op Herniatomi Dengan Indikasi Hernia Inguinalis Di Ruang Menur RSUD DR. R Goeteng Taronadibrata Purbalingga. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/