Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Post Operasi Prostateknomy TN. K Dengan Benigna Prostat Hiperlasia Di Ruang ICU RSUD Ajibarang

XML
Pengarang
PUNGUT EKA NOVITRIANI - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan suatu penyakit dimana terjadi pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel yang bisa terjadi pada laki-laki berusia lanjut. Kelainan ini di tentukan pada usia 40 tahun (Bufa, 2006 dalam Samidah & Rhomadon, 2015). Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan istilah histopatologi yang digunakan untuk menggambarkan adanya pembesaran prostat. Gejala yang dirasakan ini dikenal sebagai gejala saluran kemih bawah (lower urinary tract symptoms= LUTS) (Coyne, 2008).
Menurut WHO diperkirakan bilangan penderita Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) terdapat 30 juta, bilangan ini hanya kaum pria karena wanita tidak mempunyai kelenjar prostat, oleh sebab itu, Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) terjadi hanya pada kaum pria (Samidah, 2015). Menurut WHO pria berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinan akan mengalami pembesaran prostat adalah 50% dan ketika berusia 70 tahun resiko menderita Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) akan meningkat menjadi 90% Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) secara epidemologi didunia yaitu pada usia 40 tahun kemungkinan seseorang menderita Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah sebesar 40% dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 sampai 70 tahun presentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun presentase kejadianya hingga 90% (Brahmantia, 2016).
Data di United State of Amerika (USA) menunjukan bahwa lebih dari 90% penyakit prostat ditemukan pada stadium dini, sedangkan di Indonesia banyak ditemukan pada stadium lanjut karena terjadi keterlambatan diagnosis. Gejala pada kanker prostat berupa keluhan kemih atau retensi, sakit pungung dan hematuria, namun gejala tersebut juga terdapat pada penyakit Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) hingga pemeriksaan fisik saja tidak dapat diandalkan (Solang, 2016).
Suatu penelitian menyebutkan bahwa prevalensi Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25% dan pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar 43%. Angka kejadian Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) di Indonesia sebagai gambaran prevalensi di dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumber Waras terdapat 1040 kasus (Habsari, 2010). Hyperplasia noduler ditemukan pada sekitar 20% laki-laki dengan usia 40 tahun, meningkat 70% pada usia 60 tahun dan menjadi 90% pada usia 70 tahun. Pembesaran ini bukan merupakan kanker prostat, karena konsep Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) dan karsinoma prostat berbeda. Secara anatomis, sebenaranya kelenjar prostat merupakan kelenjar ejakulat yang membantu menyemprotkan sperma dari saluran (ductus). Pada waktu melakukan ejakulasi, secara fisiologis prostat membesar untuk mencegah urin dari vesikaurinaria melewati uretra. Namun, pembesaran prostat yang terus menerusakan berdampak pada obstruksi saluran kencing (mestus urinarius internus) (Mitchell, 2009).
Pada pasien BPH biasanya terjadi obstruksi pada prostat hiperplasi. Untuk menghilangkan adanya obstruksi pada prostat hiperplasi, maka perlu dilakukan terapi berupa medikatosa, pembedahan, atau tindakan endourologi lain yang kurang invasif. Akan tetapi sampai saat ini tindakan terbaik untuk menyelesaikan masalah pada pasien BPH adalah dengan tindakan operasi atau prostatektomi (Haryono, 2013).
Prostatectomi merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut. Prostatectomy diindikasikan untuk hyperplasia dan kanker prostat. Prostatektomi mencakup bedah penengakan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat. Pendekatan pembedahan dapat melalui uretra atau melalui abdomen bawah dan leher kandung kemih, perineal (anterior rektum), atau insisiretropubis (abdomen bawah, tidak di lakukan reseksi leher kandung kemih ( Carpenito, 2010).
Salah satu masalah keperawatan yang sering muncul pada Beningna Prostate Hiperplasia (BPH) adalah nyeri untuk penelitian nyeri mendefinisikan nyeri sebagai suatu subjektif penglaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang di sarankan dalam kejadian saat terjadi kerusakan (Sulistyo, 3013). Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan ( International Association fot the Study of Pain) awitan tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung

URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2440
APA Citation
PUNGUT EKA NOVITRIANI. (2019). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Post Operasi Prostateknomy TN. K Dengan Benigna Prostat Hiperlasia Di Ruang ICU RSUD Ajibarang. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/