Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada TN. D Dengan Tifoid Di Ruang Lavender RSUD DR. R Goeteng Taronadibrata Purbalingga

XML
Pengarang
ZAENI NUR KHOZIN - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan yang masih perlu mendapatkan perhatian (Cahyono, 2010). Bakteri Salmonella typhi hanya hidup dimanusia. Orang yang menghidap demam tifoid membawa bakteri dalam aliran darah, saluran usus dan menularkan bakteri melalui tinja. Seseorang dapat mendapatkan demam tifoid dengan minum atau makan-makanan yang terkontaminasi dengan Salmonella typhi atau jika limbah terkontaminasi masuk ke air yang digunakan untuk minum atau mencuci piring (Gamazi, 2015).
Penyakit ini menyerang penduduk di semua negara seperti penyakit menular lainnya, dan banyak ditemukan di negara berkembang dimana personal hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi lingkungan setempat dan perilaku masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO), memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun Case Fatality Rate (CFR) = 3,5% (Nuruzzaman, 2016).

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit menular penyebab kematian di Indonesia (6%), khusus pada kelompok usia 5-14 tahun tifoid merupakan 13% penyebab kematian pada kelompok tersebut (Rachman, 2017). Data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyakit terpilih pada 2 tahun terakhir penderita demam tifoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga dibawah diare, TBC dan selaput otak, sedangkan pada tahun berikutnya jumlah penderita demam tifoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian tifoid di Jawa Tengah termasuk tinggi (Karminingtyas, 2018).
Berdasarkan hasil survey di RSUD dr R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA selama kurun waktu 2 tahun, terdapat kasus tifoid pada tahun 2017 sebanyak 1.834 kasus, 2018 sebanyak 1.750 kasus. Dari data tersebut menunjukan adanya penurunan kasus tifoid pada tahun 2018. Pada tahun 2018 ini tidak terjadi adanya peningkatan angka kejadian tifoid.
Perilaku perorangan dan kebersihan lingkungan yang tidak baik diduga mempunyai peranan dalam penyebaran penyakit tifoid, seperti kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, kebiasaan menutup makanan/ minuman, kebiasaan jajan, kondisi sanitasi rumah yang tidak baik. Makanan yang sering menjadi sumber penularan penyakit tifoid adalah kerang, daging, susu. Makanan atau minuman yang dapat menjadi sumber penularan adalah makanan atau minuman yang tidak masak dengan baik. Namun, makanan makanan yang sudah dimasak masih dapat tercemar jika dengan tangan yang kotor atau air yang mengandung kuman. Semua makanan harus dijaga kebersihannya agar tidak menjadi sumber penularan penyakit ini. Vaksinasi tifoid dengan cara suntikan dapat mengurangi risiko penularan dan memberi perlindungan pada tubuh sekitar 3 tahun (Djauzi, 2009).
Tanda dan gejala tifoid mengakibatkan tiga kelainan pokok yaitu demam berkepanjangan, gangguan sistem pencernaan, gangguan kesadaran. Demam lebih dari tujuh hari merupakan gejala yang paling menonjol. Gejala lain dari saluran pencernaan adalah mual, muntah, perasaan tidak enak diperut, apabila gejala tersebut dibiarkan akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi (Widoyono, 2012). Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Susanto & Fitriana, 2017).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan salah satu masalah yang dialami pada penderita tifoid karena Salmonella Typhi masuk ke saluran pencernaan lewat minuman dan makanan yang terinfeksi sehingga meningkatkan asam lambung dan terjadi anoreksia. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolisme (Nurarif & Kusuma, 2015).
Nutrisi adalah ilmu gizi dan bagaimana tubuh menggunakan zat gizi dalam makanan. Nutrisi memiliki dampak besar dalam kesejahteraan, perilaku, dan lingkungan manusia. Nutrisi pada penderita demam tifoid dimasa lampau diberikan makanan lunak yaitu bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian makanan padat dini, yaitu lauk pauk yang rendah selulosa yaitu, pantang sayuran dengan serat kasar dapat diberikan dengan aman pada penderita demam tifoid (Roshdahl, Bunker & Bunker, 2012).
Keluhan utama yang sering dirasakan oleh pasien seperti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan faktor biologis maka penulis harus melakukan tindakan untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi salah satunya dengan manajemen nutrisi. Penatalaksanaan keperawatan pada demam tifoid selain pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan tirah baring. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat tidur seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan membantu dan akan mempercepat masa penyembuhan (Wijaya & Yessie, 2013).
Perawatan harus memonitor kalori dan asupan nutrisi, memonitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan, menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan serta menjaga kebersihan diri seperti kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta personal hygiene tetap perlu diperhatikan dan dijaga (Wijaya & Yessie, 2013). Perawat memegang peranan penting dalam penyembuhan penderita demam tifoid dikarenakan banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Mencegah terjadinya komplikasi, mengurangi risiko terserang penyakit demam tifoid dan dalam meningkatkan kesehatan penderita secara komprehensif merupakan tugas perawat (Lestari, 2016).


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2442
APA Citation
ZAENI NUR KHOZIN. (2019). Asuhan Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada TN. D Dengan Tifoid Di Ruang Lavender RSUD DR. R Goeteng Taronadibrata Purbalingga. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/