Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Nyeri Kronis Pada TN.D Dengan Rheumatoid Di Puskesmas Pembantu Kober Purwokerto Barat

XML
Pengarang
SRI WIDIASTUTI - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Proses penuaan (aging proces) merupakan suatu keadaan dimana menghilangnya perlahan-lahan kemampuan dari jaringan untuk memperbaiki atau mengganti, dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya (Nugroho, 2012). Jumlah lansia di Indonesia tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia. Jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (Badan Pusat Statistika (BPS), 2017).
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan. Masalah degeneratif dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit. Masalah yang sering dijumpai pada lansia sangat beragam, hal ini dikarenakan menurunnya fungsi tubuh dan terganggunya psikologis pada lansia. Masalah yang sering terjadi pada lanjut usia salah satunya nyeri pada persendian. Rheumatoid arthritis merupakan salah satu radang sendi yang dialami lansia (Aspiani, 2014).
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang disebabkan karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetik, lingkungan, hormonal, dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati et al., 2013).
Penderita rheumatoid arthritis di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit rheumatoid arthritis, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Hayulita, 2014). Prevalensi rheumatoid arthritis di Indonesia tahun 2013 sebessar 45,59%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%, dan Bali 30%. Jumlah penderita rheumatoid arthritis di Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 11,2% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Rheumatoid arthritis merupakan kasus tertinggi karena terdapat disetiap Puskesmas yang ada di Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2010).
Peningkatan kasus rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga memberikan efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri. Keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Penyakit rheumatoid arthritis ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Penatalaksanaan atau pengobatan pada rheumatoid arthritis bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi peradangan, meningkatkan fungsi dan rasa percaya diri sehari-hari serta dapat digunakan mengurangi rasa sakit sendi. Terapi farmakologis dalam rheumatoid arthritis terbagi menjadi lima kelompok, yaitu NSAID, second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), methotrexat dan sulphasalazine, steroid dan obat-obatan immunosupressan, Terapi non farmakologi melingkupi terapi modalitas dan terapi komplementer. Terapi modalitas berupa diet makanan (salah satunya dengan suplementasi minyak ikan cod), kompres panas dan dingin serta massage untuk mengurangi rasa nyeri, olahraga dan istirahat, dan penyinaran menggunakan sinar inframerah (Afriyanti, 2009).
Peran perawat sangat penting dalam merawat pasien dengan rheumatoid arthritis antara lain sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidik, pemberi asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul (Purnomo, 2011). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yaitu dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan secara komprehensif dimulai dari pengkajian pasien dengan rheumatoid arthritis (meliputi aktivitas/ istirahat, sistem kardiovaskuler, makanan/ cairan, hygiene, neurosensori, nyeri/ kenyamanan, keamanan dan interaksi sosial) (Ningsih, 2012).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri atau ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot. Kurang perawatan diri berhubungan dengan muskuluskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi. Kurang pengetahuan atau kebutuhan belajar mengenai penyakit prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi informasi (Ningsih, 2012). Merumuskan prioritas masalah dan intervensi, melakukan implementasi serta evaluasi sehingga dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan secara tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya (Hidayat, 2008).
Hasil pengkajian data dan penyakit yang sedang diderita di Puskesmas Purwokerto Barat selama satu tahun terakhir, peringkat diagnosa lansia dengan diagnosa rheumatoid arthritis berada pada urutan ke 3, dari 2230 lansia diagnosa medis untuk lansia sebagian besar mengalami hipertensi sebanyak 780 lansia (35%), kemudian rheumatoid arthritis sebanyak 646 lansia (29%), stroke sebanyak 111 (5%), sisanya hampir merata yakni gastritis sebanyak 89 lansia (4%), diabetes mellitus sebanyak 47 lansia (2%) (Arsip Laporan Data Penyakit Puskesmas Purwokerto Barat tahun 2018).
Hasil data diatas menunjukan bahwa angka kejadian rheumatoid arthritis cukup tinggi, hal ini disebabkan karena sebagian orang kurang peduli terhadap bahaya penyakit rheumatoid arthritis serta belum memahami dan melaksanakan pengaturan pola makan yang sehat, pola hidup yang baik dan kebiasaan yang teratur. Disisi lain kurangnya pengetahuan masyarakat dalam perawatan rheumatoid arthritis, pada lansia pada khususnya dan pengobatan secara periodik sesuai penyakit yang diderita, belum melaksanakan olah raga secara teratur, belum adanya motivasi agar berinteraksi dengan situasi, lingkungan dan kegiatan masyarakat. Kecenderungan yang akan dilakukan bila mengalami gejala penyakit rheumatoid arthritis seperti gejala sering kesemutan, pegal, linu, nyeri dan kaku pada sendi atau otot adalah dengan membeli obat-obatan seperti jamu atau diberi balsam sebagai gejala nyeri dari pada harus memeriksakan kondisi penyakitnya ke puskesmas, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lain.
Berdasarkan adanya masalah tersebut penulis tertarik membuat asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan keperawatan nyeri kronis pada Tn. D dengan rheumatoid arthritis di Pustu Kober Puskesmas Purwokerto Barat”.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2468
APA Citation
SRI WIDIASTUTI. (2019). Asuhan Keperawatan Nyeri Kronis Pada TN.D Dengan Rheumatoid Di Puskesmas Pembantu Kober Purwokerto Barat. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/