Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Keperawatan Keluarga TN.S Dengan Masalah Keperawatan Utama Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada TN.S Di Kelurahan Bancarkembar

XML
Pengarang
SUPRIYATIN RAGIL PRIGARINI - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian dengan urutan ke-5 di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban tuberculosis yang terbesar diantara 5 negara yaitu India, Indonesia, China, Philipina dan Pakistan. Berdasarkan laporan World Health Organitation pada tahun 2016 terjadi 6,3 juta kasus TB baru dilaporkan setara dengan 61% dari 10,4 juta perkiraan kasus, hasil ini meningkat dari 6,1 juta kasus pada tahun 2015. Data hasil perawatan terbaru menunjukkan tingkat keberhasilan pengobatan global sebesar 83% (Global Tuberculosis Report, 2017). Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan Global Tuberculosis Report WHO (2017), angka insiden tuberculosis Indonesia 391 per 100.000 penduduk dan angka kematian 42 per 100.000 penduduk. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110/100.000 penduduk. Menurut laporan World Health Organization tahun
2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru terlaporkan ke Kementerian Kesehatan sebanyak 420.000 kasus (Kemenkes RI, 2015).
Hal tersebut terjadi karena belum dilakukannya sistem pelaporan yang baik di beberapa daerah sehingga data tidak terintegrasi ke Kemenkes RI. Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan pencegahan dan pengendalian TB.
Angka penemuan penderita TB paru di Jawa Tengah semua tipe sebanyak 42.272 penderita, dengan rata-rata kasus atau case notification rate (CNR) sebesar 118/100.000 per kabupaten. Penemuan kasus baru TB Paru dengan BTA positif pada tahun 2017 sebanyak 18.248 kasus yang ditemukan (Profil Kesehatan Depkes RI, 2017). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menyebutkan terjadi peningkatan kasus TB paru di Kabupaten Banyumas pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 dan 2015. Jumlah penderita TB paru tahun 2016 sebanyak 2.981 orang dan tahun 2015 sebanyak 2. 970 penderita. Angka kematian akibat TB Paru pada tahun 2017 sebanyak 17 orang. Saat ini, Banyumas berada di urutan ke-7 kabupaten dan kota dengan penderita TB Paru terbanyak di Jawa Tengah. Jumlah kasus TB Paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kabupaten Banyumas 364 kasus pada tahun 2017 (Dinkes Banyumas, 2017).
Penularan TB Paru melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis paru (Depkes RI, 2016). Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal (Depkes RI, 2016). Penanganan TB Paru oleh tenaga dan lembaga kesehatan dilakukan menggunakan metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yaitu komitmen politik, pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan (Resmiyati, 2011).
Perlu dilakukan suatu pelayanan melalui proses keperawatan keluarga oleh tenaga kesehatan melalui proses keperawatan keluarga dimana tenaga kesehatan memberikan pelayanan kepada keluarga. Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan, tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional (Triyanto, 2011).
Friedman (2010) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi keluarga, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, serta fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan. Fungsi perawatan berguna untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010) meliputi; mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, serta menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Triyanto, 2011).
Permasalahan keperawatan yang timbul akibat penyakit Tuberculosis adalah gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen karena bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi trakeobronkial yang sangat banyak (Brunner & Suddarth, 2015). Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi masalah utama, karena dampak dari pengeluaran dahak yang tidak lancar dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernapas dan gangguan pertukaran gas didalam paru-paru sehingga mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah, dalam tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan napas yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas (Price SA, 2012).
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat. Apabila hal ini terus terjadi, kuman akan terus menyebar sehingga pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis (Tabrani, 2016).
Pemberian asuhan keperawatan keluarga yang tepat sangatlah penting untuk mengatasi kasus TB Paru dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas. Intervensi keperawatan keluarga yang tepat adalah dengan memperluas informasi dan pengetahuan keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat situasi yang ada untuk memutuskan mengambil tindakan yang tepat, mengajarkan kepada keluarga perawatan yang tepat, membantu keluarga memodifikasi lingkungan dalam perawatan, dan membantu keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan (Triyanto, 2011). Melihat dari data diatas perlu adanya keluarga yang mengerti tentang pengertian TB paru dan cara merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada klien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2469
APA Citation
SUPRIYATIN RAGIL PRIGARINI. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga TN.S Dengan Masalah Keperawatan Utama Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada TN.S Di Kelurahan Bancarkembar. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/