Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas NY. S Umur 30 Tahun P2 A0 AH2 Post Partum 2 Jam Dengan Preeklampsi Berat Di RSUD HJ. Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2019

XML
Pengarang
AMALIA DINAR SHAFIRA - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (Rini dan Dewi, 2016). Terdapat 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Rini dan Dewi, 2016).
Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 305 kematian per100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu sebanyak 60% kasus terjadi pada masa nifas yaitu sebesar 183 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan PEB menyebabkan kematian sebesar 24% atau 43,92 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu nifas yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obsetetri langsung yaitu perdarahan 28%, Preeklamsia Berat (PEB) 24%, infeksi 20%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obsetri 15% dan lain-lain 13%. Data diatas menyebutkan bahwa PEB adalah penyebab nomor dua kematian ibu nifas di Indonesia (Depkes RI, 2014).
Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan dari 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016. Pada tahun 2017, 60% kematian maternal terjadi pada waktu nifas yaitu sebesar 52,85 kematian nifas per 100.000 kelahiran hidup, 28% diantaranya yaitu 14,8 kematian per 100.000 kelahiran hidup disebabkan karena pendarahan, 24% diantaranya yaitu 12,7 kematian per 100.000 kelahiran hidup disebabkan karena PEB, 20% diantaranya yaitu10,57 kematian per100.000 kelahiran hidup disebabkan karena infeksi, 15% diantaranya yaitu 7,93 kematian per 100.000 kelahiran hidup disebabkan karena trauma obstetrik, 13% diantaranya yaitu 6,87 kematian per 100.000 kelahiran hidup disebabkan oleh penyebab lain kematian ibu nifas. Data di atas menyatakan bahwa PEB merupakan peringkat nomor dua penyebab kematian ibu nifas di Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2018).
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2017 menempati peringkat ke-5 di Jawa tengah yaitu dengan 21 kasus, 5 kasus (23,81%) diantaranya yaitu kematian yang disebabkan oleh preeklampsi berat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara, pada tahun 2017 diperoleh hasil bahwa terdapat ibu nifas patologis sebanyak 232 kasus diantaranya adalah preeklampsi berat 182 kasus (78,44%), hipertensi 29 kasus (12,5%), dananemia 21 kasus (9,05%). Pada tahun 2018 menjadi 122 kasus diantaranya adalah preeklampsi berat sebanyak 58 kasus (47,54%),hipertensi 37 kasus (30,32%), dan anemia tercatat 27 kasus (22,13%). Kejadian preeklampsi berat masih menjadi peringkat ke-1 dibandingkan kasus patologi lain di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
Preeklampsia merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dan kematian perinatal yang tinggi, oleh karena itu diagnosa dini pre eklampsia dan penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan anak (Depkes RI, 2014). Preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang- kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolic dan dengan proteinuria atau protein dalam urin ≥ 5 g/24 jam atau tes urin dipstik ≥ positif 2, preeklampsi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan eklampsi (Tamsir, 2012).
Peran bidan untuk menurunkan angka kematian maternal pada masa nifas dengan PEB yaitu memerlukan pelayanan kesehatan yang mengacu pada preventif, promotif, kuratif, rehabilitative. Dimana kolaborasi dengan tenaga medis lain diperlukan untuk pemberian anti hipertensi dan anti konvulsan sejak 0 jam post partum, pemantauan jumlah urin, reflek patella dan frekuensi respirasi dalam kasus PEB, teknik slow deep breathing adalah salah satu terapi non farmakologis hipertensi yang dapat dilakukan yang merupakan metode relaksasi yang dapat mempengaruhi barorefleks tubuh dan menurunkan tekanan darah (Yanti N, 2016). Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sangat menentukan prognosa baik buruk keadaan penderita dengan angka kejadian PEB yang cukuptinggi dibandingkan dengan kasus patologis lain pada masa nifas (Tamsir, 2012). Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil studi kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ny. S umur 30 tahun P2 A0 AH2 Post partum 2 jam dengan Preeklampsi Berat di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2501
APA Citation
AMALIA DINAR SHAFIRA. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas NY. S Umur 30 Tahun P2 A0 AH2 Post Partum 2 Jam Dengan Preeklampsi Berat Di RSUD HJ. Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2019. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/