Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research

Repository Universitas Harapan Bangsa.
Digital collection of academic papers, undergraduate thesis, research


Detail Cantuman

Kembali

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis NY.Y Umur 28 Tahun P3A1AH3 Di Puskesmas Banjarnegara 2 Kabupaten Banjarnegara

XML
Pengarang
TIKA ISTIQOMAH - Personal Name
Pernyataan Tanggungjawab
Lampiran Berkas
LOADING LIST...
Bahasa
Indonesia
Penerbit
Universitas Harapan Bangsa
Tahun Terbit
2019
Tempat Terbit
Purwokerto
Deskripsi Fisik

Abstract

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium dalam Bahasa Latin yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous artinya melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Kematian ibu sekitar 50% terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Rini dan Dewi, 2017).
Periode pasca persalinan merupakan masa transisi kritis bagi ibu. Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan, karena pelayanan kesehatan yang kurang maksimal dapat mengakibatkan ibu komplikasi. Komplikasi yang terjadi pada masa nifas antara lain (pendarahan pervaginam, infeksi masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur, pembengkakan di wajah atau ekstremitas, demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih, payudara berubah menjadi merah, panas dan sakit, kehilangan nafsu makan untuk jangka yang lama, rasa sakit, merah dan pembengkakan kaki, dan merasa sedih atau tidak mampu merawat bayi dan diri sendiri (Sulistyawati, 2009).
World Health Organization (WHO) Tahun 2018 mengatakan Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang terkait diseluruh dunia setiap hari. Pada tahun 2015 sejumlah 303.000 wanita meninggal selama kehamilan dan setelah persalinan. Penyebab kematian ibu sejumlah 28% disebabkan karena kondisi sebelumnya, sejumlah 27% disebabkan karena perdarahan, sejumlah 14% disebabkan karena tekanan darah tinggi pada kehamilan (preeklampsia dan eklampsia), sejumlah 11% disebabkan karena infeksi, sejumlah 9% disebabkan karena melahirkan dan lainnya, sejumlah 8% karena komplikasi aborsi dan sejumlah 3% disebabkan gumpalan darah atau emboli (WHO, 2018).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia (SDKI) tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 1.712 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam rangka mewujudkan Keluarga Indonesia Sehat, Kementrian Kesehatan telah melaksanakan berbagai program selama dua tahun terakhir. Seperti capaian di lingkup program Kesehatan Masyarakat (Kesmas) yang meliputi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) (Kemenkes RI, 2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) pada masa nifas di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus. Demikian Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 menjadi 88,58 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 (Dinkes Jateng, 2017).
Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada masa nifas yaitu dengan melakukan pelayanan kesehatan ibu nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari 6 jam pasca persalinan sampai 42 hari pasca persalinan (Kemenkes RI, 2017).
Peran bidan pada masa nifas yaitu memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas mengurangi masalah selama persalinan dan nifas. Masalah yang sering dialami masa nifas diantaranya, putting lecet, bendungan ASI, kesulitan menyusui, kesulitan perawatan bayi, masalah psikologis pada masa nifas. Apabila masalah tersebut tidak ditangani dengan baik, maka mengakibatkan adanya komplikasi seperti, perdarahan pervaginam, infeksi, kehilangan nafsu makan dalam waktu lama, dan gangguan psikologis. Apabila ibu nifas yang mengalami komplikasi, harus segera ditangani karena dapat menyebabkan kematian (Saleha, 2010).
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologis yang dialami tidak berl ebihan, ibu perlu mengetahui karena seorang ibu banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas. Asuhan ibu nifas dilakukan secara komprehensif berdasarkan Evidence Based Midwifery Care (EBMC) bertujuan untuk mencegah gangguan psikologis pada ibu nifas dengan cara bounding attachment antara ibu dan bayinya. Sehingga tercipta ikatan batin yang kuat diantara keduanya. (Pratami, 2018).
Kewenangan bidan dalam pelayanan kesehatan masa nifas berdasarkan standar pelayanan kebidanan (SPK) nomor 15 yaitu memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan ASI eksklusif, bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga yaitu, menilai adanya tanda-tanda demam dengan cara cek suhu, infeksi atau perdarahan abnormal, pada minggu kedua asuhan yang diberikan, memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan istirahat yang cukup, memastikan ibu menyusui dengan baik, pada minggu keenam asuhan yang diberikan, menanyakan pada ibu tentang penyulit atau masalah yang ibu hadapi dan memberikan konseling KB, setelah persalinan utuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penangan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas (Yanti, 2016).
Berdasrkan data cakupan ibu nifas di Kabupaten Banjarnegara tahun 2017 sebanyak 501 ibu, dengan kunjungan KF1 sebanyak 503 ibu, KF2 sebanyak 502 ibu, KF3 sebanyak 502 ibu dan KF3 dengan KB IUD sebanyak 281 ibu, Bidan koordinator dalam pelaksaan asuhan masa nifas memiliki peran penting yang memberikan informasi kepada ibu post partum, mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta melaksanakan tindakan yang mengarah pada peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada ibu post partum. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis Ny. Y Umur 28 tahun P3A1AH3 0 jam post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarnegara 2 Kabupaten Banjarnegara tahun 2019.


URL : https://repository.uhb.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2521
APA Citation
TIKA ISTIQOMAH. (2019). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis NY.Y Umur 28 Tahun P3A1AH3 Di Puskesmas Banjarnegara 2 Kabupaten Banjarnegara. (Digital collection of academic papers, undergraduate thesis & research). Retrieved from https://repository.shb.ac.id




© 2018. UPT Perpustakaan - Universitas Harapan Bangsa, Formerly STIKes Harapan Bangsa Purwokerto, www.uhb.ac.id.
This software and this template are released Under GNU GPL License Version 3 II SLiMS distro version ETD
Made by The Happy Team :-D
web
statistics

SHB YPDP


https://103.189.235.100/